Laporan Praktikum Kimia Organik - Analisis Kualitatif Protein
BAB
IV
ANALISIS
KUALITATIF PROTEIN
TUJUAN :
- Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif protein
- Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode
A. Pre-lab
1. Bagaimana
prinsip analisis protein dengan metode ninhidrin?
Uji Ninhidrin dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan
ninhidrin yang kemudian dipanaskan. Reaksi ini terjadi dengan senyawa amin
primer dan ammonia tanpa pembebasan CO. Adanya protein atau asam amino
ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu pada bahan uji (Hidayatullah,
2012).
|
2. Bagaimana
prinsip analisis protein dengan metode biuret?
Pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH dari
rantai peptida dalam suasana basa. Uji ini untuk menunjukkan adanya
senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus
amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan
timbulnya warna merah violet atau biru violet (Hidayatullah, 2012).
|
3. Mengapa pengujian
protein selalu dilakukan pada kondisi alkali/basa?
Sebenarnya protein bersifat amfoter, bisa bereaksi dengan asam atau basa.
Namun lebih mudah bereaksi dengan suasana basa, selain itu agar mudah untuk
diamati. Dalam uji biuret, supaya ion Cu2+ dari pereaksi
biuret (dalam suasana basa) akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-
ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
atau violet (Hidayatullah, 2011).
|
Tinjauan Pustaka
1. Protein
Protein
tersusun dari peptida-peptida sehingga membentuk suatu polimer yang disebut
polipeptida. Setiap monomernya tersusun atas asam amino.
Peranan protein diantaranya sebagai
katalisator, pendukung, cadangan, sistem imun, dsb.
Hampir
semua asam amino, kecuali glisin mempunyai atom karbon kiral. Asam amino kiral
memiliki dua bentuk isomeri. Memiliki kemiripan sifat fisika dan kimia, kecuali
kemampuan membedakan arah putar bidang polarisasi.
Protein
yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai macam struktur yang
khas pada masing-masing protein. Adapun struktur protein meliputi struktur
primer, struktur sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener. Struktur primer merupakan struktur
yang urutan asam aminonya tersusun secara linear dan tidak terjadi percabangan
rantai. Struktur sekunder
merupakan kombinasi antara struktur primer yang linear dan memiliki
segmen-segmen dalam polipeptida yang terlilit. Struktur tersier dari suatu protein adalah lapisan yang tumpang tindih
di atas pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak beraturan
dari ikatan antara rantai samping (gugus R) berbagai asam amino Struktur kuarterner adalah protein
membentuk molekul kompleks, beberapa rantai protein bergabung membentuk seperti
bola (Carey, 2006).
Gambar 1. Struktur umum asam amino (Anonim, 2012).
Gambar 2. Level dari struktur protein (Anonim, 2012).
|
2. Metode
Pengujian Kualitatif Protein
2.1
Metode Biuret
Uji biuret merupakan uji umum untuk mengetahui ikatan peptida dalam suatu protein. Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet (Azhar, 2010).
Uji biuret merupakan uji umum untuk mengetahui ikatan peptida dalam suatu protein. Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet (Azhar, 2010).
2.2
Pereaksi
Xantoprotein
Larutan
asam nitrat ditambahkan ke dalam larutan protein secara hati-hati. Setelah
dicampurkan akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning bila
dipanaskan. Uji ini positif untuk protein yang mengandung asam amino tirosin,
fenilalanin, dan triptofan (Azhar, 2010).
2.3
Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil (Azhar, 2010).
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil (Azhar, 2010).
2.4
Reaksi Ninhidrin
Ninhidrin adalah suatu senyawa oksidator kuat yang apabila bereaksi dengan asam α amino akan menghasilkan warna ungu. Reaksi ini terjadi dengan senyawa amin primer dan ammonia tanpa pembebasan CO. Reaksi ninhidrin digunakan untuk mengetahui adanya kandungan asam α-amino (Azhar, 2010).
Ninhidrin adalah suatu senyawa oksidator kuat yang apabila bereaksi dengan asam α amino akan menghasilkan warna ungu. Reaksi ini terjadi dengan senyawa amin primer dan ammonia tanpa pembebasan CO. Reaksi ninhidrin digunakan untuk mengetahui adanya kandungan asam α-amino (Azhar, 2010).
2.5
Reaksi Sakaguchi
Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini memberikan hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah (Azhar, 2010).
Pereaksi yang digunakan ialah naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini memberikan hasil positif apabila ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah (Azhar, 2010).
3. Reagen
dan Fungsi
Ninhidrin adalah suatu reagen yang
berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam
larutan. Apabila bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu.
Reagen ini dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Berbahaya
jika tertelan dan berbahaya jika diserap melalui kulit
atau terhirup. Biuret adalah reagen yang digunakan
untuk mendeteksi adanya ikatan peptida. Dalam uji biuret ini terdapat 2 reagen,
yakni CuSO4 dan NaOH. Reagen-reagen ini dapat berbahaya jika
tertelan, dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan iritasi saluran pernafasan
dengan luka bakar, menyebabkan iritasi mata dan kulit dan luka bakar,
higroskopis, mutagen dan kemungkinan sensitizer (Tjahjadi, 2008).
4. Tinjauan
Bahan
4.1
Aquades
Merupakan
bahan kimia yang tidak berbahaya bagi tubuh manusia karena memiliki pH netral
sehingga tidak menimbulkan efek samping (Tejasari, 2005).
4.2
Telur
Telur
mengandung protein hewani. Protein pada telur merupakan protein yang bermutu
tinggi. Protein ini memiliki susuna asam amino yang lengkap dan sering
dijadikan patokan dalam menentukan mutu protein dari berbagai bahan pangan
lainnya (Tejasari, 2005).
4.3
Gelatin
Gelatin
adalah protein yang diperoleh dari jaringan kolagen hewan. Pada umumnya
diproduksi dari kulit dan tilang sapi atau babi. Gelatin digunakan pada
industri makanan, farmasi, obat-obatan dan lain sebagainya (Tejasari, 2005).
4.4
Skim
Cairan
susu yg telah dipisahkan dari kepala susu sehingga kadar lemak dan vitaminnya
rendah (Tejasari, 2005).
4.5
Pemanis buatan rendah kalori
Merupakan
zat kimia atau komponen alami yang menawarkan rasa manis gula dengan jumlah
kalori yang lebih sedikit dari gula. Pemanis buatan, jauh lebih manis
dibandingkan gula (Tejasari, 2005).
4.6
MSG
MSG
adalah asam glutamat yang diproduksi dari fermentasi tetes tebu dan pati
makanan. Banyak ahli berpendapat akumulasi MSG selama bertahun-tahun bisa
memicu berbagai penyakit termasuk obesitas, alzheimer, dan penyakit kronis
lainnya (Tejasari, 2005).
B. Diagram Alir
1. Uji Ninhidrin
2. Uji Biuret
C. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :
1. Uji Ninhidrin
a. Tuliskan data
hasil uji Ninhidrin
No.
|
Sampel
|
Sebelum Pemanasan
|
Setelah Pemanasan
|
Hasil Uji (+) / (-)
|
1.
|
MSG
|
Putih bening
|
Ungu pekat
|
+
|
2.
|
Aspartam
|
Putih
|
Bening,
terbentuk endapan putih
|
-
|
3.
|
Gelatin
|
Bening kental
|
Bening
|
-
|
4.
|
Susu skim
|
Putih
|
Ungu pudar
|
+
|
5.
|
Putih telur
|
Kuning bening
|
Kuning bening
|
-
|
b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Ninhidrin dari beberapa sampel
dalam percobaan ini!
Uji ninhidrin merupakan uji umum untuk protein yang spesifik
untuk asam amino. Dalam percobaan kali ini menggunakan sampel MSG, aspartam,
gelatin, susu skim dan putih telur. Dari data hasil praktikum di atas
menunjukkan hasil yang berbeda-beda tiap sampel. Dengan percobaan ini dapat
diketahui sampel mana yang positif mengandung protein dilihat dari ada atau
tidaknya kandungan asam aminonya.
Percobaan pertama diawali dengan sampel MSG. Mula-mula MSG
dimasukkan pada tabung reaksi sebanyak 2 ml menggunakan pipet volume,
selanjutnya aspartam dimasukkan pada tabung reaksi sebanyak 2 ml menggunakan
pipet volume. Selanjutnya gelatin dimasukkan pada tabung reaksi sebanyak 2 ml
menggunakan pipet tetes. selanjutnya susu skim dimasukkan pada tabung reaksi
sebanyak 2 ml menggunakan pipet volume, dan yang terakhir putih telur
dimasukkan pada tabung reaksi sebanyak 2 ml menggunakan pipet volume. Kemudian
masing-masing sampel ditambahkan ninhidrin sebanyak 2 ml. Kemudian secara
bersamaan ke-lima sampel tersebut dimasukkan dalam gelas beker yang berisi air
mendidih selama 15-20 detik. Kemudian secara bersamaan pula ke-lima sampel
diangkat dari gelas beker. Selanjutnya
diamati perubahan warna yang terjadi pada kelima sampel tersebut.
Dari percobaan yang telah dilakukan terdapat perubahan warna pada
beberapa sampel yang diuji. Pada sampel MSG
yang semula berwarna putih bening
setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi ungu pekat. Pada sampel aspartam
yang semula berwarna putih setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi bening
dan terbentuk endapan putih. Pada sampel gelatin yang semula berwarna bening
dan kental setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi bening. Pada sampel susu
skim yang semula berwarna bening setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi
ungu pudar. Pada sampel putih telur tidak ada perubahan warna pada saat sebelum
dan sesudah dipanaskan, yakni tetap berwarna kuning bening.
Pada prinsip kerja uji ninhidrin ini, menguji ada atau
tidaknya protein dalam suatu senyawa dengan penambahan reagen ninhidrin untuk
mengetahui jumlah kadar asam amino bebas yang terkandung didalamnya, dimana
asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin dan membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Sehingga, karena setelah dipanaskan warnanya berubah menjadi
ungu maka pada sampel MSG dan susu skim positif mengandung asam amino.
Sedangkan pada sampel yang lain yakni aspartam, gelatin dan putih telur
hasilnya negatif karena setelah dipanaskan warnanya tidak berubah menjadi ungu atau
pink. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki asam amino bebas sehingga hasil
uji reagen ninhidrinnya negatif. Pada aspartam seharusnya berwarna ungu karena
terdiri dari ikatan asam aspartat dan fenil alanin, ketika dipanaskan kedua
ikatan tersebut lepas dan menjadi asam amino bebas sehingga bisa diidentifikasi
oleh ninhidrin (Hamid, 2007). Namun pada data hasil percobaan diatas, aspartam negatif tidak
mengandung asam amino. Kesalahan dan ketidak tepatan hasil percobaan dengan
literatur desebabkan antara lain karena terlalu lama didiamkan setelah ditambah
ninhidrin dan air yang digunakan belum mendidih dengan sempurna
Pada MSG dan susu skim, warna ungu yang ditimbulkan MSG lebih
pekat daripada susu skim. Hal ini menandakan bahwa MSG lebih banyak mengandung
asam amino daripada susu skim. Semakin pekat warna ungu yang ditimbulkan maka
semakin banyak asam amino yang terkandung didalamnya (Hamid, 2007).
Reaksi yang
terjadi pada uji ninhidrin ini adalah :
Pada reaksi diatas ninhidrin
ditambah asam alfa amino menghasilkan ninhidrin tereduksi dan NH3,
karbondioksida dan gugus aldehidnya lepas ke lingkungan. Kemudian ninhidrin
tereduksi dan NH3 ditambah ninhidrin baru diproses secara kondensasi
menghasilkan garam diketo-hydrihalide-diketo-hydramine yang menyebabkan warna
ungu (Hart, 2005).
2.
Uji Biuret
a. Tuliskan data hasil uji Biuret
No.
|
Sampel
|
Sebelum Pemanasan
|
Setelah Pemanasan
|
Hasil Uji (+) / (-)
|
1.
|
MSG
|
Putih bening
|
Putih bening
|
-
|
2.
|
Aspartam
|
Putih
|
Putih bening
|
-
|
3.
|
Gelatin
|
Bening kental
|
Permukaan ungu
|
+
|
4.
|
Susu skim
|
Putih
|
Permukaan ungu
|
+
|
5.
|
Putih telur
|
Kuning bening
|
Permukaan ungu
|
+
|
b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Biuret
dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Uji biuret merupakan uji umum untuk protein yang spesifik
untuk ikatan peptida. Dalam percobaan kali ini menggunakan sampel MSG,
aspartam, gelatin, susu skim dan putih telur. Dari data hasil praktikum di atas
menunjukkan hasil yang berbeda tiap sampel. Dengan percobaan ini dapat
diketahui sampel mana yang positif mengandung protein dilihat dari ada atau
tidaknya ikatan peptida.
Percobaan pertama diawali dengan sampel MSG. Mula-mula MSG dimasukkan kedalam tabung reaksi
sebanyak 3 ml menggunakan pipet volume, kemudian ditambah reagen NaOH 1 ml
kemudian dikocok, setelah itu ditambahkan 3 tetes reagen CuSO4
menggunakan pipet tetes kemudian diamati perubahan warnanya. Sampel kedua yaitu
aspartam, aspartam dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml menggunakan
pipet volume, kemudian ditambah reagen
NaOH 1 ml kemudian dikocok, setelah
itu ditambahkan 3 tetes reagen CuSO4 menggunakan pipet tetes
kemudian diamati perubahan warnanya. Sampel ketiga yaitu gelatin, gelatin
dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml menggunakan pipet tetes,
kemudian ditambah reagen NaOH 1 ml
kemudian dikocok, setelah itu ditambahkan
3 tetes reagen CuSO4 menggunakan pipet tetes kemudian diamati
perubahan warnanya. Sampel keempat yaitu susu skim, susu skim dimasukkan
kedalam tabung reaksi sebanyak 3 ml menggunakan pipet volume, kemudian ditambah
reagen NaOH 1 ml kemudian dikocok,
setelah itu ditambahkan 3 tetes reagen
CuSO4 menggunakan pipet tetes kemudian diamati perubahan warnanya.
Terakhir sampel kelima yaitu putih telur, putih telur dimasukkan kedalam tabung
reaksi sebanyak 3 ml menggunakan pipet volume, kemudian ditambah reagen NaOH 1 ml kemudian dikocok, setelah itu ditambahkan 3 tetes reagen CuSO4
menggunakan pipet tetes kemudian diamati perubahan warnanya.
Pada data hasil percobaan tersebut, MSG tidak berubah warna
dari sebelum dan setelah direaksikan, yakni putih bening. Aspartam juga
demikian, tidak mengalami perubahan warna dari sebelum dan setelah direaksikan,
yakni putih. Namun berbeda dengan gelatin, susu skim dan putih telur. Gelatin
yang semula berwarna bening kental, susu skim yang semula berwarna putih dan
putih telur yang semula berwarna kuning bening, setelah direaksikan dengan
reagen ketiganya berubah menjadi warna ungu pudar.
Pada prinsip kerja biuret, yaitu menguji ada atau tidak adanya
protein dalam suatu senyawa dengan penambahan reagen NaOH dan CuSO4
berdasarkan ada atau tidaknya ikatan peptida (ikatan peptida harus 2 atau lebih).
Dimana ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan
bereaksi dengan polipeptida yang menyusun protein dan membentuk senyawa
kompleks berwarna biru hingga ungu (Azhar, 2010). Pada data percobaan diatas,
MSG dan aspartam hasil ujinya adalah negatif,
karena setelah direaksikan warnanya tidak berubah dan tidak membentuk
warna ungu. Hal ini dikarenakan MSG tidak memiliki ikatan peptida, sedangkan
aspartam hanya memiliki satu ikatan peptida (Hamid, 2007). Sedangkan pada
gelatin, susu skim dan telur hasil ujinya adalah positif, karena setelah
direaksikan dengan reagen pada permukaannya warnanya berubah menjadi ungu. Hal
ini disebabkan karena ketiganya memiliki ikatan peptida lebih dari dua sehingga
bisa diidentifikasi dalam uji biuret ini, dan hasil ujinya positif. Apabila
warnanya ungu maka ikatan peptidanya panjang, apabila warnanya kemerahmudaan
maka ikatan peptidanya pendek. Pada gelatin, susu skim dan putih telur sama-sama
permukaannya berwarna ungu jadi ketiganya sama-sama memiliki ikatan peptida
yang panjang (Hart, 2005). Reaksi yang terjadi pada uji biuret ini adalah :
(Hart,
2003).
PERTANYAAN
1. Bagaimana
mengidentifikasi adanya gugus amino pada sampel dengan menggunakan uji
Ninhidrin?
Dengan memasukkan reagen ninhidrin pada sampel, karena
asam amino akan bereaksi dengan ninhidrin dan membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Sehingga indikasi adanya asam amino ditunjukkan oleh perubahan
warna sampel pada saat sesudah direaksikan dan dipanaskan, yakni apabila ia
mengandung asam amino makan akan berwarna ungu. Namun ada juga yang tanpa
dipanaskan sudah menghasilkan warna ungu, misalnya MSG (Hamid, 2007).
2.
Bagaimana reaksi yang terjadi antara sampel dengan
reagen pada uji Biuret?
Dalam uji biuret ini, sampel harus dalam suasana basa agar polipeptida
sampel dapat bereaksi dengan Cu2+ dari biuret. Uji ini sendiri
didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks Cu2+ yang dihasilkan
oleh CuSO4, dengan gugus –CO dan –Na pada ikatan peptida dalam
larutan bersuasana basa dan menghasilkan senyawa kompleks berwarna biru hingga
ungu. Setelah direaksikan dengan sampel, warna yang terbentuk mudah pudar, hal
ini dikarenakan ion Cu2+ mengikat 2 ikatan peptida dan jika lama
dibiarkan ikatan tersebut semakin lemah (tidak stabil) sehingga itu yang
menyebabkan warnanya jika dibiarkan lama akan memudar (Azhar, 2010).
KESIMPULAN
Dari percobaan diatas, dapat
disimpulkan bahwa prinsip dari uji ninhidrin adalah menguji ada atau tidaknya protein dalam suatu
senyawa dengan penambahan reagen ninhidrin untuk mengetahui jumlah kadar asam
amino bebas yang terkandung didalamnya, dimana asam amino bebas akan bereaksi
dengan ninhidrin dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu, dimana asam
amino mereduksi ninhidrin. Sedangkan prinsip dari uji biuret adalah menguji ada
atau tidak adanya protein dalam suatu senyawa dengan penambahan reagen NaOH dan
CuSO4 berdasarkan ada atau tidaknya ikatan peptida (ikatan peptida
harus lebih dari 2). Dimana ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam
suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida yang menyusun protein dan
membentuk senyawa kompleks berwarna biru hingga ungu.
Dari
data hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa yang positif terhadap uji
ninhidrin adalah MSG dan susu skim. Sedangkan yang negatif terhadap uji
ninhidrin ini adalah aspartam, gelatin dan putih telur. Sebenarnya aspartam
juga positif terhadap uji ini, penyebab kesalahan dalam hal ini antara lain
human error, terlalu lamanya aspartam yang sudah ditambah NaOH dan CuSO4
di diamkan dan air yang belum sempurna mendidih. Sedangkan sampel yang positif
terhadap uji biuret adalah gelatin susu skim dan putih telur dan yang negatif
terhadap uji ini adalah MSG dan aspartam.
SARAN
Sebaiknya pada saat praktikum tepat
waktu dan tidak molor. Penugasan dan pemberian materi serta format laporan dapat
diterima praktikan dengan baik. Hendaknya praktikan menggunakan K3 dengan
lengkap.
Komentar
mbak aku follow fb mbak ntar cepet di konfirm ya,,coz aku butuh dapus dari laporan yang mbak posting,,,nama fbku Inaru Sari,,,okey,,
syukron!!
syukron!!