Laporan Kimia Organik - Reaksi Saponifikasi pada Lemak
BAB V
REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK
TUJUAN :
·
Mempelajari proses saponifikasi suatu
lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida
·
Mempelajari perbedaan sifat sabun dan
detergen
A. Pre-lab
Jadi reaksi saponifikasi
suatu lemak adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur
dengan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol (Gebelin, 2005).
|
|
2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik
secara struktur maupun sifatnya !
Sabun kalium (ROOCK) terbuat dari lemak dengan KOH, sifatnya lunak dan umumnya
digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah
tangga. Struktur dari sabun natrium adalah C17H35-C-Na(O)-O
(Solomons, 2004).
Sabun natrium
(RCOONa) terbuat dari lemak dengan NaOH sifatnya keras dan umumnya digunakan
sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun
kalium. Struktur dari sabun kalium adalah C17H35-C-K(O)-O
(Solomons, 2004).
Detergent
adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat
menarik zat pengotor dari media, memiliki sifat daya pembersih seperti sabun,
akan tetapi tidak terbuat dari lemak atau minyak. Struktur dari detergen adalah
R-SO3Na, dengan
R = CH3(CH2)16 (Permono, 2005).
|
|
3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun
yang dihasilkan !
Prinsip dalam proses saponifikasi yaitu lemak akan
terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun
mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan
membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut dengan trace. Pada
campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam
NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan
tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol. Pengujian sifat
sabun yang dihasilkan adalah sabun dapat mengemulsi minyak (Gebelin,
2005).
|
Tinjauan Pustaka
1.
Pengertian dan prinsip saponifikasi
Saponifikasi
adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserol.
Prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu lemak akan terhidrolisis
oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses
pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang
mengental, yang disebut dengan trace. Pada campuran tersebut
kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam NaCl ditambahkan untuk
memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan
sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol (Gebelin, 2005).
2.
Sabun kaliun dan natrium
Sabun
kalium (ROOCK) disebut juga sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi
cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sedangkan sabun natrium
(RCOONa), disebut sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam
industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium (Solomons, 2004).
3.
Perbedaan sabun dan detergent
Sabun
adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali. Deterjen
adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat
menarik zat pengotor dari media. Struktur antara sabun dan detergent juga berbeda, yakni:
4.
Tinjauan bahan
4.1 Lemak
Lemak merupakan senyawa organik
yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organik non-polar. Molekul lemak terdiri dari empat bagian,yaitu satu molekul gliserol
dan tiga molekul asam lemak (Mulyono, 2009).
4.2 KOH
10% dan etanol 95%
KOH merupakan senyawa yang digunakan
untuk membuat sabun cair. Dalam proses penyabunan, KOH sebanyak 10% berada
dalam Etanol 95% yang digunakan untuk pembuatan Sabun kalium. Sehingga setelah
melewati proses saponifikasi ini akan dihasilkan larutan yang berwarna putih
susu (Permono, 2005).
4.3 Aseton
Aseton merupakan suatu keton yang
dapat dibuat dari bahan dasar isopropil alkohol dengan cara oksidasi. Aseton
tidak berwarna dan mempunyai bau yang sengit. Aseton dapat bercampur dalam air (Sunarya, 2007).
4.4 NaCl
Berbentuk serbuk putih dan tidak
berbau dan rasanya seperti garam. Larut
dalam gliserol, dan amonia. Sangat sedikit larut dalam alkohol, tidak larut
dalam Asam klorida (Permono, 2005).
4.5 Aquades
Akuades adalah air dari hasil
penyulingan. Mempunyai kandungan H₂O
yang murni dan hampir tidak mengandung mineral (Sunarya, 2007).
4.6 CaCl₂ 0,1 %
CaCl2
adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsur kalsium (logam alkali tanah) dan
klorin. Tidak berbau, tidak berwarna dan tidak beracun (Mulyono, 2009).
4.7 MgCl₂ 0,1 %
Magnesium klorida adalah logam yang
kuat, putih keperakan, ringan dan akan menjadi kusam jika dibiarkan pada udara.
Dalam bentuk serbuk, logam ini sangat reaktif dan bisa terbakar dengan nyala
putih apabila udaranya lembab (Permono, 2005).
4.8 FeCl₂ 0,1 %
Besi (II) Klorida bentuknya adalah
solid mempunyai titik leleh yang tinggi. FeCl₂ dapat larut dalam air (Permono, 2005).
4.9 Detergent
Detergen termasuk emulgator dari
emulsi antara minyak dan air. Struktur detergen tersusun atas kepala yang
bersifat liofil (hidrofil) dan ekor yang bersifat liofob (hidrofob). Bagian
kepala ini akan berikatan dengan air, sedangkan bagian ekor akan berikatan
dengan lemak (Sunarya,
2007).
4.10Air
kran
Air kran terdapat pada rumah atau
bangunan-bangunan lain. Air ini digunakan untuk mencuci, memasak, minum dll.
Air adalah zat yang paling baik sekali dan paling murah, terdapat dalam keadaan
tidak murni. Dalam percobaan biasanya digunakan sebagai pelarut (Permono,
2005).
4.11Minyak
Minyak adalah suatu ester alam yang
berasal dari hewan dan tanaman. Minyak merupakan suatu ester karena dibentuk
melalui reaksi esterifakasi antara alkohol (gliserol) dan asam karboksilat
(asam lemak). Memiliki titik didih rendah dan terasa licin apabila dipegang (Sunarya, 2007).
DIAGRAM ALIR
1. sabun kalium
2. sabun natrium
3. pengujian sifat sabun dan detergent
HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :
1. Saponifikasi lemak : pembuatan
sabun kalium
Jenis sampel
|
Berat / volume sampel
|
Setelah 10 menit
|
Tes penyabunan
|
Setelah dipanaskan
|
Akuades 30 mL dan dibagi dua
|
Ditambah NaCl
|
Diaduk NaCl
|
Sabun kalium
|
Minyak
1.5 gr
KOH
10 ml
|
Mengental
berwarna kuning
|
Saponifikasi
sempurna
|
Bentuk
liat
|
Masih
ada endapan minyak dan larut
|
|
|
Sabun natrium
|
Setengah
sampel (15 ml)
|
|
Putih
keruh
|
Mengendap
|
Jenis sampel
|
Warna
|
Bentuk
|
Sabun kalium
|
Kuning
|
Cair
|
Sabun natrium
|
Putih
|
Padat
|
Detergen
|
Putih keruh
|
Padat
|
2. Sifat sabun dengan detergen
Jenis
sampel
|
Ditambah lemak / minyak
|
|
Kelarutan
|
Warna
|
|
Sabun
kalium
|
Kuning
|
Putih
keruh
|
Sabun
natrium
|
Putih
padat
|
Putih
keruh
|
Detergen
|
Tidak
larut semua
|
Bening
|
Jenis sampel
|
Penambahan larutan
|
Pengamatan
|
Diaduk
|
1
mL sabun kalium
|
1
mL larutan CaCl2 0,1%
|
Kuning
|
Putih
keruh
|
1
mL larutan MgCl2 0,1%
|
Kuning
|
Putih
bening
|
|
1
mL larutan FeCl2, 0,1%
|
Kuning
|
Kuning
ada endapan
|
|
Air
kran
|
Kuning
|
Putih
bening
|
|
1 mL sabun natrium
|
1
mL larutan CaCl2 0,1%
|
Putih
padat
|
Mengendap
(putih)
|
1
mL larutan MgCl2 0,1%
|
Putih
padat
|
Mengendap
(putih)
|
|
1
mL larutan FeCl2, 0,1%
|
Putih
padat
|
Mengendap
(orange)
|
|
Air
kran
|
Putih
padat
|
Putih
keruh mengendap
|
|
1
mL detergen
|
1
mL larutan CaCl2 0,1%
|
Putih
keruh
|
Putih
keruh
|
1
mL larutan MgCl2 0,1%
|
Putih
keruh
|
Agak
keruh
|
|
1
mL larutan FeCl2, 0,1%
|
Putih
keruh
|
Ada
endapan orange
|
|
Air
kran
|
Putih
keruh
|
Ada
endapan putih
|
PEMBAHASAN
1. Analisa prosedur
Langkah pertama yang
dilakukan dalam pembuatan sabun kalium ini adalah dengan menyiapkan alat dan
bahan. Alat yang digunakan antara lain tabung reaksi, pipet tetes, gelas beker,
gelas arloji, kompor listrik, timbangan analitik dan pengaduk. Sedangkan bahan
yang digunakan antara lain KOH, minyak nabati, akuades dan etanol. Pertama, memanaskan
air pada gelas beker 250 ml air dengan kompor listrik. Kemudian lemak nabati
ditimbang 1,5 gram menggunakan timbangan analitik, kemudian di
tambahkan KOH 10% dalam etanol 95%, penambahan KOH 10% dalam etanol 95% adalah sebagai alkali
dalam proses hidrolisis lemak pada minyak sehingga di hasilkan garam
karboksilat. Sedangkan
etanol 95% digunakan agar KOH dan
lemak pada minyak dapat karena
lemak dapat larut di etanol
daripada pada air.
Dipanaskan selama 10 menit (sampai mendidih). Setelah mendidih, ditambahkan etanol sebanyak 2 ml untuk menggantikan etanol yang
menguap saat dipanaskan. Kemudian dipanaskan kembali selama 10 menit sampai reaksi saponifikasi
sempurna, untuk mengetahui reaksi saponifikasi telah sempurna atau tidak,
tabung reaksi yang berisi air
diambil dan meneteskan beberapa
tetes sampel yang telah
dididihkan tadi, kemudian diamati. Reaksi saponifikasi sempurna apabila
tidak terdapat minyak ketika sampel diteteskan pada air
dan juga tidak ada busa atau globula pada air. Apabila reaksi
saponifikasi belum sempurna atau masih terdapat minyak dalam air maka ditambah
etanol 2 ml dan dipanaskan kembali selama 10 menit. Sedangkan jika
saponifikasi sempurna maka larutan sampel di panaskan hingga mengental namun jangan sampai gosong. Lalu
ditambahkan akuades sebanyak 30 ml dan diaduk secara konstan menggunakan
pengaduk. Setelah itu sabun kalium dibagi rata ke dalam 2 beaker glass, digunakan untuk pembuatan sabun natrium
dan untuk pengujian.
Setelah selesai membuat sabun kalium, dilanjutkan dengan membuat sabun
natrium dengan menggunakan setengah dari sampel sabun kalium. Alat dan bahan
yang diperlukan dalam poembuatan sabun kalium ini antara lain setengah sampel
sabun kalium, NaCl jenuh, pengaduk dan kertas saring. Pertama, larutan
sabun kalium ditambahkan 15 ml ke
dalam larutan NaCl jenuh, penambahan NaCl jenuh ini berfungsi untuk memisahkan gliserol dari hasil
saponifikasi minyak dengan KOH yang sulit dipisahkan. Kemudian campuran diaduk
kuat sampai terbentuk padatan. Kemudian padatan yang diperoleh disaring menggunakan kertas saring, hal ini dilakukan untuk memisahkan sabun
natrium dengan larutan
lain yang tidak digunakan, selanjutnya padatan ditekan hingga bebas dari air.
Sabun kalium dan natrium telah selesai dibuat, selanjutnya menguji
sifat kedua sabun tersebut dan detergent. Alat dan bahan yang digunakan dalam
pengujian ini antara lain sampel berupa sabun natrium, sabun kalium dan
detergent, akuades, timbangan analitik, pengaduk dan gelas arloji. Pertama, detergen
ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik sebanyak 0,5 gram, kemudian detergen tersebut dilarutkan dengan akuades sebanyak
50 ml. Kemudian minyak
dioleskan pada tiga gelas arloji, setelah itu sabun kalium diteteskan
pada satu gelas arloji dan diratakan dengan tangan, begitu juga dengan sabun
natrium dan detergent diteteskan pada masing-masing gelas arloji dan diratakan
menggunakan tangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sabun kalium, sabun natrium dan detergent dapat
membersihkan minyak atau
tidak. Kemudian diamati apa yang terjadi, bila tidak
ada globula maka sabun kalium, natrium, dan detergen dapat membersihkan
minyak.
Percobaan selanjutnya yakni pengujian kerja sabun kalium, sabun natrium, dan detergen pada air sadah, dengan
mereaksikan sabun dan detergen dengan larutan divalen. Alat dan bahan yang digunakan antara lain CaCl2
0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, air kran, pipet tetes, tabung reaksi dan gelas beker. Pertama, sabun kalium di
teteskan menggunakan pipet
tetes ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing
sudah terisi CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2
0,1% dan air kran sebanyak 1 ml. Kemudian diaduk dan amati perubahannya seperti warna dan apakah terbentuk endapan
atau tidak. Untuk pengujian terhadap sabun natrium dan
detergen dilakukan hal
yang sama.
2. Analisa Hasil
Dari data hasil
percobaan terbut dapat diketahui pada saat pembuatan sabun kalium dengan minyak
sebanyak 1,5 gram dan KOH kemudian ditambah KOH 10% dalam etanol 95% dan
dipanaskan selama 10 menit dan hasilnya tidak ada minyak, warnanya menjadi
kuning terang dan kental. Untuk tes penyabunan hasilnya sempurna. Menurut literatur apabila saponifikasi
telah sempurna dapat ditandai ketika dilakukan pengujian dengan meneteskan sampel kedalam air tidak lagi
terdapat minyak dan tidak
ada globula-globula tetapi jika masih globula yang menandakan masih ada lemak
reaksi saponifikasi terssebut belum sempurna (Permono,
2005). Namun setelah
dipanaskan dan diaduk, sabun kalium berbuih tapi tidak dapat larut sempurna
dengan air, sehingga berbentuk seperti kristal-kristal kuning, hal ini
dimungkinkan karena minyak yang sudah terlalu lama disimpan sehingga minyak
tersebut mengalami oksidasi.
Pada data hasil percobaan pembuatan
sabun natrium, diambil dari setengah
sampel sabun kalium. Setelah ditambah NaCl jenuh berwarna putih keruh dan
setelah diaduk dengan kuat terdapat endapan yang kemudian disaring, sehingga
didapatkan padatan sabun natrium. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa sabun natrium berwujud padat (Permono,
2005).
Pada data hasil percobaan uji kerja sabun dan
detergent, yakni dengan cara mengoleskan minyak pada gelas arloji yang kemudian
ditetesi sampel. Pada saat ditetesi sabun natrium dan kalium, minyak dapat
larut dan larutan menjadi keruh, hal ini dikarenakan minyak telah larut dalam
sabun tersebut. Sehingga dapat diketahui sabun dapat mengemulsikan minyak
dengan baik. Namun pada saat detergent diteteskan pada gelas arloji yang
diolesi minyak, minyak hanya terangkat dan tidak teremulsi, hal ini dipengaruhi
oleh massa jenis minyak yang lebih rendah dari air sehingga minyak cenderung
berada di permukaan. Saat detergen ditambahkan kembali, minyak dipermukaan
menjadi berkurang tapi tidak benar-benar hilang. Hal ini juga dimungkinkan
karena deteregent mengandung hidrokarbon yang lebih banyak ujung polar sehingga
tidak bisa melarutkan minyak yang bersifat nonpolar. Ini membuktikan daya
emulsi detergen terhadap minyak atau lemak tidak lebih baik dari sabun kalium.
Pada data hasil percobaan pengujian sabun dan
detergent pada keadaan sadah, yakni dengan menambahkan masing-masing sampel
pada tabung reaksi yang berisi CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%,
FeCl2 0,1% dan
air kran. Pada saat detergent ditambahkan pada
masing-masing tabung reaksi hasilnya semua larut dalam detergent, namun pada
saat didiamkan terdapat endapan pada FeCl2 0,1% dan air kran, hal ini dimungkinkan pada saat pengadukan kurang sempurna, sehingga
detergent masih berupa serbuk dan belum larut sepenuhnya. Pada saat sabun
natrium di masukkan pada tabung masing-masing tabung reaksi, setelah
ditambahkan sabun natrium yang pada CaCl2 0,1% terdapat endapan putih, MgCl2
0,1% terdapat
endapan putih juga, FeCl2 0,1% terdapat endapan orange danpada air kran terdapat endapan keruh. Pada FeCl2 0,1% berwarna orange, hal ini
dikarenakan anion asam
lemak dari sabun akan mengikat logam-logam atau kation divalen tersebut sehingga membentuk endapan, sehingga dapat dikatakan bahwa sabun kalium tidak bisa
digunakan pada air sadah karena logam-logam tersebut tidak dapat dilarutkan. Pada saat uji dengan sabun kalium yang
diteteskan pada tabung reaksi yang berisi CaCl2
0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1% dan air kran. Pada masing-masing tabung yang semula berwarna kuning, pada CaCl2
0,1% menjadi berwarna
putih keruh, MgCl2 0,1% berwarna putih bening, FeCl2 0,1% menjadi berwarna kuning dan ada
endapan dan pada air kran berwarna putih bening. Pada air kran
tidak ada endapan. Hal ini membuktikan air kran yang digunakan tidak
mengandung mineral-mineral tertentu, atau meskipun mengandung namun kadarnya
rendah. Menurut literatur pada saat sabun kalium direaksikan dalam air sadah,
hasilnya harus mengendap karena anion gugus karboksilat bereaksi dengan kation
logam divalen (Mulyono, 2009) sehingga uji kalium ini dapat dikatakan gagal,
karena seluruhnya larut kecuali pada FeCl2 0,1%. Kesalahan yang terjadi dimungkinkan
karena adanya human error atau karena pada saat diawal pembuatan sabun minyak
yang digunakan sudah tersimpan lama sehingga minyak tersebut teroksidasi
sehingga sabun yang dihasilkan pun buruk. Dari pernyataan (Mulyono,
2009) bahwa kesadahan air tidak akan mempengaruhi kerja detergen, dalam
percobaan ini sudah sesuai, detergent dapat bekerja dengan baik pada air sadah,
sedangkan sabun tidak.
PERTANYAAN
1.
Apa fungsi penambahan KOH pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH
dapat digantikan dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat
menggantikan larutan KOH?
Jawab
: Fungsi
dari penambahan KOH pada proses saponifikasi pada lemak ini agar terjadi reaksi
hidrolisis lemak menjadi sabun dan gliserol. Peran KOH dapat diganti dengan
basa kuat lainnya, misalkan NaOH, sehingga sabun yang dihasilkan menjadi sabun
natrium yang memiliki tekstur padat (Permono, 2005).
2.
Jelaskan cara kerja sabun dan detergen
sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa detergen lebih efektif untuk
membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?
Jawab
: Sabun
dan detergen terdiri dari ujung hidrokarbon yang bersifat hidrokarbon yang
bersifat non polar dan ujung satunya besifat polar. Bagian non polar akan
mengelilingin tetesan minyak dan melarutkannya sesuai dengan asas like
dissolved like, sedangkan ujung polar dari molekul tersebut segera akan
terlarut dalam air. Detergent lebih efektif membersihkan kotoran karena kerja
detergent tidak dipengaruhi air sadah. Sedangkan sabun tidak bekerja efektif
pada air sadah (Khopkar, 2005).
3.
Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap
fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih !
Jawab:
Detergent dapat digunakan sebagai pembersih pada air sadah karena detergent
tidak dapat bereaksi dengan air sadah sehingga tidak akan menimbulkan endapan
yang dimungkinkan daapat merugikan. Sedangkan pada sabun tidak dapat bekerja
pada air sadah karena sabun bereaksi pada air sadah yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerak pada baju maupun lantai (Khopkar, 2005).
KESIMPULAN
Saponifikasi
adalah reaksi yang terjadi ketika minyak atau lemak dicampur dengan alkali yang
menghasilkan sabun dan gliserol. Prinsip dalam proses saponifikasi, yaitu
lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun
mentah. Dengan dilakukannya percobaan ini dapat diketahui perbedaan antara
sabun kalium, sabun natrium dan detergen. Sabun kalium terbuat dari lemak dengan KOH,
sifatnya lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair. Sabun
natrium terbuat dari lemak dan NaOH, bersifat keras dan umumnya digunakan untuk
sabun cuci. Detergen adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang
memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media, memiliki sifat daya
pembersih seperti sabun, akan tetapi tidak terbuat dari lemak atau minyak.
Dari data hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa
daya emulsi detergen terhadap minyak atau lemak tidak lebih baik dari sabun
kalium, karena detergent tidak mampu mengelmusikan lemak dengan sempurna. Namun
kerja detergent tidak terganggu dalam keadaan sadah, sedangkan sabun natrium
dan sabun kalium tidak efektif bekerja pada air sadah.
SARAN
Selama praktikum berlangsung dengan efektif sehingga praktikum dapat
berjalan dengan cepat dan efektif. Untuk bahan dalam praktikum setidaknya
memakai bahan yang masih baru sehingga praktikum bisa berjalan dengan benar.
Untuk praktikan sebaiknya menggunakan K3 agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan selama praktikum berlangsungmohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam laporan ini.
Komentar
kaharmrqgmail.com
laporan saponifikasi
Punya laporan praktikum yang sudah tidak digunakan? Jual saja pada blog hipolisis.com. Laporan praktikum akan dibeli dengan harga Rp 50.000,00 per laporan. Tertarik? Silahkan baca syarat dan ketentuannya di halaman jual laporan praktikum.