Laporan Kimia Organik - ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT
BAB
III
ANALISIS
KUALITATIF KARBOHIDRAT
TUJUAN :
- Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat
- Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode
A. Pre-lab
1. Sebutkan dan
jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?
1.
Monosakarida
Sebagian besar
monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6
rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen
terikat pada rantai atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus
hidroksil (OH). Monosakarida yang terdapat di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk
isomer dekstro (D). Contohnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Monosakarida yang mempunyai lima atom karbon disebut
pentosa, seperti ribosa dan arabinosa (Amalia, 2004).
2. Oligosakarida
Oligosakarida adalah polimer dari 2-10 monosakarida dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida dapat diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim tertentu . Jenis-jenis Oligosakarida dibedakan pada jumlah polimer dan jenis monosakarida yang menjadi penyusunnya. Yang termasuk jenis Oligosakarida adalah disakarida dan triosa. Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari dua polimer monosakarida yang terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi dan dapat dipisahkan kembali menjadi monosakarida penyusunnya melalui reaksi hidrolisis. Contohnya Sukrosa, laktosa dan maltosa. Triosa adalah karbohidrat yang tersusun dari tiga polimer monosakarida. Contohnya maltotriosa dan rafinosa. Sedangkan dekstrin, maltoheksa, ajukosa adalah jenis oligosakarida yang mempunyai polimer monosakarida diatas lima (Amalia, 2004).
Oligosakarida adalah polimer dari 2-10 monosakarida dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida dapat diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim tertentu . Jenis-jenis Oligosakarida dibedakan pada jumlah polimer dan jenis monosakarida yang menjadi penyusunnya. Yang termasuk jenis Oligosakarida adalah disakarida dan triosa. Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari dua polimer monosakarida yang terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi dan dapat dipisahkan kembali menjadi monosakarida penyusunnya melalui reaksi hidrolisis. Contohnya Sukrosa, laktosa dan maltosa. Triosa adalah karbohidrat yang tersusun dari tiga polimer monosakarida. Contohnya maltotriosa dan rafinosa. Sedangkan dekstrin, maltoheksa, ajukosa adalah jenis oligosakarida yang mempunyai polimer monosakarida diatas lima (Amalia, 2004).
3. Polisakarida
Polisakarida adalah golongan karbohidrat kompleks yang
merupakan polimer dari molekul-molekul monosakarida yang sangat banyak yang
membentuk rantai panjang lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana seperti oligosakarida. Contohnya adalah pati,
glikogen, selulosa, hemiselulosa, lignin dan pektin (Amalia, 2004).
2. Bagaimana
prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji Molisch?
Uji Molish dengan prinsip karbohidrat direaksikan dengan a-naftol dalam
alkohol kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat melalui dinding
tabung, uji positif apabila terbentuk cincin ungu (Sawhney, 2005).
3. Bagaimanakah
reaksi yang terjadi antara larutan yodium dengan sampel?
Karbohidrat golongan
polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodin dan memberikan warna
spesifik bergantung pada jenis karbohidratnya. Amilosa dengan iodin akan
berwarna biru. Amilopektin dengan iodin akan berwarna merah violet. Glikogen
maupun dekstrin dengan iodin akan berwarna merah coklat (Sudarmadji,
2006).
4. Apa fungsi dari uji benedict dan sampel apa saja
yang bereaksi positif terhadap reagen benedict?
Uji benedict adalah uji kimia untuk
mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa
disakarida, seperti laktosa dan maltosa. Jadi yang dapat bereaksi positif
adalah sampel yang memiliki gula pereduksi seperti monosakarida dan beberapa
disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji positifnya terbentuk warna
kuning, hijau, atau merah (Sudarmadji, 2006).
5. Jelaskan
prinsip dari uji barfoed!
Uji Barfoed memiliki prinsip berupa mekanisme Cu2+
dari pereaksi barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula
reduksi monosakarida dari pada disakarida (biru) dan menghasilkan Cu2O
(kupro oksida) berwarna merah bata (Krause, 2006).
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan
bahan
a.
Reagen Mollish
Reagen molisch terdiri
dari a-naftol 5% dan ethanol 95%. Dapat menimbulkan iritasi mata dan kulit,
menyebabkan gangguan pernafasan. Cairan ini juga mudah terbakar. Termasuk
produk yang stabil dan dapat beraksi dengan panas, nyala api dan asam klorida
(Soendoro, 2005).
b.
H2SO4
Merupakan reagen untuk
analisa. Merupakan produk yang stabil dimana terdiri dari asam sulfat 95%.
Produk ini dapat menyebabkan iritasi mata, iritasi kulit, gangguan indera
pengecap dan gangguan pernafasan. Produk ini dapat mengalami peruraian bila
kena panas,mengeluarkan gas SO2. Asam encer bereaksi dengan logam menghasilkan
gas hidrogen yang eksplosif jika kena api atau panas dan bereaksi hebat jika
kena air (Sawhney, 2005).
c. Lautan
Yodium
Larutan
yodium adalah produk yang stabil dimana terdiri dari iodium 100%. Produk ini dapat menyebabkan iritasi pada
hidung dan tenggorokan serta mengganngu
paru-paru. Hindari produk ini dari pencemaran dengan mengaktifkan kembali zat
atau bahan-bahan dan jangan mencampur dengan bahan alkali (Sawhney, 2005).
d. Reagen
barfoed
Reagen Barfoed terdiri
dari tembaga(II) asetat 6%, asam asetat 1% dan air 93%. Reagen ini cukup
beracun karna keberadaan tembaga asetat. Sehingga dapat menyebabkan iritasi
pada mata, kulit, gangguan indera pengecap dan gangguan pernafasan. Produk ini
dapat bereaksi dengan kebanyakan logam untuk menghasilkan gas hidogen yang
sangat mudah terbakar (Krause, 2006).
e.
Reagen benedict
Reagen benedict adalah
produk yang stabil dan dapat bereaksi cepat dengan asam namun bereaksi lambat
dengan alkali. Reagen benedict terdiri dari tembaga sulfat 4 %, natrium
karbonat 10%, natrium sitrat 17% dan air 69%. Dapat menyebabkan iritasi pada
mata, gangguan indera pengecap, iritasi saluran pencernaan yang parah dengan
nyeri perut, mual, muntah dan diare pendarahan pada saluran pencernaan serta
iritasi pada saluran pernafaan (Sudarmadji, 2006).
f.
Glukosa
(Amalia, 2004).
g. Fruktosa
(Amalia, 2004).
h. Sukrosa
(Amalia, 2004).
i.
Maltosa
(Amalia, 2004).
j.
Pati
(Amalia, 2004).
k.
Glikogen
(Amalia, 2004).
C. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :
1. Uji Molisch
a. Tuliskan data
hasil uji Molisch
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
Glukosa
|
Ungu sangat pekat
|
+
|
Sukrosa
|
Ungu pekat
|
+
|
Pati
|
Ungu
|
+
|
b.
Bahas dan bandingkan
data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Prinsip dari uji molisch ini adalah reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat dan alfa naftol yang akan membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu. Dimana asam sulfat berfungsi sebagai pembentukan
senyawa furfural dan sebagai agen kondensasi. Uji positif dari uji ini adalah
terbentuknya cincin berwarna ungu. Uji molisch ini sendiri adalah untuk menguji
kandungan karbohidrat pada suatu sampel, jadi semua sampel yang mengandung
karbohidrat hasil ujinya positif (Soendoro, 2005).
Mekanisme dari reaksi ini adalah karbohidrat dihidrolisis menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi
dengan asam tersebut menjadi furfural, sementara golongan heksosa menjadi
hidroksi-multifurfural menggunakan asam organik pekat.
Pereaksi Molisch yang terdiri dari α-naftol dalam alkohol akan
bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
Dimana monosakarida akan bereaksi lebih cepat daripada disakarida dan
polisakarida karena pada monosakarida langsung bisa mengalami dehidrasi dengan
asam sulfat membentuk furfural, sementara pada disakarida harus diubah dahulu
menjadi monosakarida baru bisa dihidrolisis oleh asam sulfat membentuk furfural
(Soendoro, 2005).
Reaksi yang terjadi adalah
Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa ketiga sampel yaitu glukosa, sukrosa dan pati bereaksi
positif terhadap uji molisch ini. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa sukrosa, glukosa dan pati merupakan suatu karbohidrat sehingga
dapat bereaksi positif pada uji molisch (Krause, 2006). Mula-mula sampel yang
berupa glukosa, sukrosa dan pati dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi
sebanyak 1 ml. Selanjutnya pada masing-masing tabung reaksi ditambah reagen
molisch 2 tetes, kemudian ditambahkan H2SO4 , penambahan
H2SO4 ini bertujuan sebagai kondensing agent dan
pembentuk senyawa multifurfural. Kemudian dapat dilihat hasilnya, pada semua
sampel yaitu glukosa, sukrosa dan pati bereaksi positif dengan ditandai
terbentuknya warna ungu. Semakin pekat warna ungu maka semakin pendek rantai
karbonnya. Dari data hasil tersebut warna ungu pada glukosa lebih pekat
daripada sukrosa dan pati ini berarti rantai karbon pada glukosa lebih pendek
dari sukrosa dan pati. Warna ungu yang terbentuk pada sukrosa lebih pekat dari
warna ungu yang terbentuk pada pati dan lebih pudar dari warna ungu yang
terbentuk pada glukosa, jadi atom karbon yang ada pada sukrosa lebih pendek
dari atom karbon yang ada pada pati dan lebih panjang dari atom karbon yang
terdapat pada glukosa. Warna ungu yang terbentuk pada sampel pati tidak terlalu
pekat dibanding sukrosa dan glukosa, jadi atom karbon yang ada pada pati lebih
panjang daripada atom karbon yang ada pada sukrosa dan glukosa. Warna ungu yang
terbentuk pada ketiga sampel tersebut disebabkan oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat (H2SO4). H2SO4 pekat berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan
furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch, α-naphthol
membentuk cincin yang berwarna ungu.
2.
Uji Yodium
a. Tuliskan data hasil uji Yodium!
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
Dextrin
|
Berwarna coklat keunguan
|
+
|
Maltosa
|
Berwarna kuning kecoklatan
|
-
|
Glukosa
|
Berwarna kuning kecoklatan
|
-
|
Pati
|
Berwarna biru
|
+
|
b. Bahas dan
bandingkan data-data hasil uji Yodium dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Uji
yodium ini adalah untuk menguji identifikasi kandungan pati pada suatu sampel. Prinsip
dari uji yodium ini adalah larutan yodium dalam bentuk triiodida akan masuk
pada struktur helikal pati sehingga akan terbentuk warna biru pekat. Warna bitu
pekat terbebut merupakan suatu warna kompleks yang dihasilkan karena yodium
punya amilosa dan warna kompleks yang dihasilkan bergantung pada struktur
polisakarida dan umur yodium. Semakin lama umur yodium maka warna yang
dihasilkan semakin pudar. Pati
dengan yodium mengahasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan
warna ungu, sedangkan monosakarida dan disakarida
tidak berwarna (Soendoro, 2005).
Mekanisme
yang terjadi pada uji iodin ini adalah KI akan membentuk kompleks triiodida
dalam air yang kemudian masuk kedalam helikal pati dan membentuk warna biru
pekat (Soendoro, 2005).
Reaksi yang terjadi pada uji iodin ini adalah
H2O2(aq)
+ 3 I-(aq) + 2 H+ → I3- + 2 H2O
I3-(aq)
+ 2 S2O32-(aq) → 3 I-(aq) + S4O62-(aq)
Pada
percobaan ini sampel diteteskan pada plate sebanyak satu tetes, kemudian
ditambahkan satu tetes reagen yodium kemudian diaduk. Selanjutnya dibakar untuk
mempercepat reaksi, kemudian diperoleh hasil. Dari data hasil percobaan diatas
dapat disimpulkan bahwa hasil uji dekstrin dan pati adalah positif, sementara
hasil uji glukosa dan maltosa adalah negatif. Dalam literatur menyebutkan bahwa Dekstrin yang
diuji secara kualitatif dengan uji yodium sehingga dihasilkan warna merah kecoklatan, sedangkan pati dengan uji iodin menghasilkan warna biru,
pada maltosa dan glukosa dengan penambahan yodium
memberikan warna kecoklatan
(Amalia, 2004). Sehingga percobaan yang dilakukan sudah sesuai
dengan literatur.
3.
Uji
Barfoed
a. Tuliskan data
hasil Barfoed test!
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
|
Sebelum pemanasan
|
Setelah pemanasan
|
||
Glukosa
Laktosa
|
Biru
|
Endapan merah bata
|
+
|
Fruktosa
|
Biru
|
Endapan merah bata
|
+
|
Maltosa
|
Biru
|
Endapan merah bata
|
+
|
Sukrosa
|
Biru
|
Hijau
|
-
|
b. Bahas
dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed
dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Uji
barfoed adalah uji untuk mengetahui memisahkan antara monosakarida dan
disakarida pereduksi dalam suasana asam. Prinsip dari uji barfoed ini adalah
sampel dicampurkan dengan cupri asetat dan asam asetat pada larutan barfoed
yang memberikan keadaan asam. Kemudian dihasilkan endapan cupro oksida berwarna
merah bata yang menjadi indikasi hasil uji positifnya (Soendoro, 2005)..
Mekanisme
dari uji barfoed ini adalah Cu2+
dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh
gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan Cu2O
(kupro oksida) berwarna merah bata. Sedangkan dehidrasi fruktosa oleh HCL pekat
menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan resorsinol akan megalami
kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah. Reaksi pada
monosakarida lebih cepat daripada senyawa disakarida karena pada senyawa
disakarida harus diubah menjadi monosakarida (Soendoro, 2005).
Reaksi yang terjadi
adalah
Dari
data hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa glukosa, fruktosa
dan maltosa bereaksi positif yang ditandai dengan adanya endapan merah bata setelah dipanaskan.
Sedangkan pada sukrosa bereaksi negatif karena sukrosa tersusun atas glukosa
dan fruktosa yang berikatan sehingga tidak lagi terdapat gugus aldehid atau
keton yang bermutasi menjadi rantai terbuka serta tidak juga memiliki gugus
pereduksi (Sawhney, 2005). Dalam literatur menyatakan bahwa
monosakarida pereduksi lebih optimal daripada disakarida pereduksi, biasanya
jika direkasikan dengan reagen Barfoed membentuk endapan kuprooksida merah
kecoklatan atau merah bata (Sudarmadji,
2006). Sehingga pada
percobaan dengan sampel glukosa, fruktosa dan maltosa sudah sesuai dengan
literatur.
4.
Uji
Benedict
a. Tuliskan data
hasil Benedict test!
Senyawa
|
Hasil Uji
Keterangan
|
Keterangan
|
|
Sebelum Pemanasan
|
Setelah Pemanasan
|
||
Glukosa
|
Biru
|
Merah bata
|
+
|
Fruktosa
|
Biru
|
Merah bata
|
+
|
Sukrosa
|
Biru
|
Merah bata
|
+
|
b. Bahas
dan bandingkan data-data hasil uji Benedict dari beberapa sampel dalam
percobaan ini!
Prinsip
dari uji benedict adalah larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan
direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O
berwarna merah bata. Tujuan dari Uji Benedict adalah
untuk mengidentifikasi gula pereduksi. Gugus pereduksi ini berupa aldehid dan keton
(Soendoro, 2005).
Mekanisme dari uji
benedict ini adalah reagen benedict yang tersusun atas tembaga sulfat dan
larutan natrium karbobat dan natrium sitrat, mula-mula glukosa dioksidasi
menjadi garam asam glukoranat yang kemudian mampu mereduksi CuO menjadi Cu2O
menjadi merah bata (Soendoro, 2005).
Reaksi yang terjadi
adalah
Dari
data hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa glukosa, sukrosa
dan fruktosa bereaksi positif terhadap uji ini yang ditandai dengan
terbentuknya warna merah bata setelah dipanaskan. Dalam literatur glukosa dan
fruktosa memiliki gugus pereduksi bebas sehingga dapat bereaksi positif dalam
uji benedict, sedangkan sukrosa tidak memiliki gugus pereduksi bebas karena
sukrosa terdiri dari glukosa dan fruktosa yang berikatan sehingga tidak lagi
memiliki gugus pereduksi bebas yang bermutarotasi menjadirantai terbuka
(Sawhney, 2005). Fruktosa merupakan gugus keton, sedangkan glukosa merupakan
gugus aldehid. Gugus keton akan lebih mudah bereaksi daripada gugus aldehid karena
gugus keton langsung bisa didehidrasi menjadi furfural. Sedangkan aldehid harus
diubah menjadi keton dulu baru kemudian didehidrasi menjadi furfural. Jadi
fruktosa lebih cepat bereaksi daripada glukosa. Dalam hal ini terjadi kesalahan
pada sampel sukrosa, hal ini dimungkinkan karena sampel sukrosa sendiri yang sudah
lama disimpan sehingga mungkin terjadi oksidasi.
PERTANYAAN
1. Bagaimana
membedakan monosakarida dan disakarida dengan menggunakan Barfoed test?
Jawab :
Untuk membedakan monosakarida dengan disakarida menggunakan uji barfoed
yaitu sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak lima tetes, kemudian
ditambahkan 1 ml reagen barfoed. Selanjutnya dipanaskan dengan cara difiksasi
dan diamati perubahannya. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan
merah bata. Dalam suasana asam, golongan disakarida bereaksi lambat sedangkan
golongan monosakarida bereaksi cepat. Sifat pereduksinya dapat diketahui dari
adanya gugus OH bebas yang reaktif. Ini dikarenakan pada monosakrida
strukturnya lebih sederhana dari pada disakarida (Amalia, 2004).
2. Bagaimana mengidentifikasi
gula pereduksi sampel pada uji Benedict?
Jawab:
Untuk mengidentifikasi gula pereduksi
pada uji benedict yaitu sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak dua
tetes, kemudian ditambah reagen benedict sebanyak 1 ml kemudian dibakar diatas
bunsen dan diamati perubahannya. Hasil uji positif ditandai dengan adanya
perubahan warna setelah pemanasan menjadi merah bata. Dengan sampel yang hasil
ujinya positif berarti didalam sampel tersebut terdapat gugus pereduksi
(Amalia, 2004).
KESIMPULAN
Prinsip dari uji Molisch adalah reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat pekat dan α-naftol yang akan membentuk warna
kompleks ungu pada permukaan larutan. Hasil uji positif ditunjukkan dengan adanya warna kompleks ungu.
Prinsip dari uji Yodium adalah larutan yodium akan bereaksi dengan pati
menghasilkan warna biru sampai hitam. Prinsip dari uji Barfoed adalah
membedakan antara monosakarida dan disakarida dengan dicampurkan larutan cupri
asetat dan asam asetat dalam keadaan asam menghasilkan endapan cuprooksida yang
berwarna merah kecoklatan. Monosakarida akan bereaksi lebih cepat dibandingkan
disakarida. Pada hasil percobaan ditunjukkan dengan reaksi yang berhasil yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan warna merah kecoklatan setelah dipanaskan. Prinsip dari uji
Benedict adalah larutan CuSO4 dalam suasana basa akan direaksikan
dengan gula pereduksi sehingga kuprioksida (CuO) tereduksi menjadi Cu2O
yang berwarna merah bata.
Dari data
hasil percobaan yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa dengan uji molisch
semua sampel yaitu glukosa, sukrosa dan fruktosa positif, artinya ketiga sampel
tersebut mengandung karbohidrat. Pada uji yodium, dekstrin dan pati positif,
sedangkan maltosa dan glukosa negatif. Artinya dekstrin dan pati mengandung
pati, sedangkan maltosa dan glukosa tidak mengandung pati. Pada uji barfoed,
glukosa fruktosa dan maltosa bereaksi positif, sedangkan sukrosa bereaksi
negatif. Pada uji benedict, glukosa, sukrosa dan fruktoda bereaksi positif.
Namun dalam literatur seharusnya yang bereaksi positif adalah glukosa dan
fruktosa karena memiliki gugus pereduksi bebas, sedangkan sukrosa tidak
memiliki gugus pereduksi bebas.
Komentar
terimakasih
Terimakasih banyak ini sangat membantu.