TUGAS KIMIA PANGAN I
TUGAS
KIMIA PANGAN I
PRODUK PANGAN YANG MENGANDUNG
PEWARNA ALAMI
Dosen
Pengampu : Erryana Martati, STP. MP.
Disusun
oleh :
Nama : Velarida Esa Sakti
NIM : 135100101111066
Kelas
: G
PRODI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Makanan merupakan suatu kebutuhan bagi
setiap makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya. Dalam era modern seperti
ini banyak sekali dijumpai inovasi makanan yang unik dan menarik. Salah satunya
adalah tampilan warna. Warna yang mencolok dan segar pada suatu produk makanan
memiliki daya tarik tersendiri di mata konsumen. Warna memang penting dalam
suatu produk makanan karena warna merupakan tampilan fisik suatu produk pangan,
sedangkan tampilan fisik adalah tampilan yang pertama kali dilihat konsumen,
sehingga harus dibuat semenarik mungkin. Oleh karena itu seringkali para
produsen menambahkan zat pewarna untuk mempercantik produk mereka supaya laku
di pasaran. Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau
memberi warna pada makanan (Hidayat dan Elfi Anis, 2006). Ada dua jenis zat pewarna makanan yaitu pertama adalah zat
pewarna makanan buatan seperti indigoten, allura red, fast green, tartrazine. Kelebihan dari pewarna makanan buatan yaitu warnanya
homogen dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah yang
sangat sedikit, akan tetapi kekurangannya adalah jika pada saat proses
terkontaminasi logam berat, pewarna jenis ini akan berbahaya. Kedua
adalah zat pewarna makanan alami seperti myoglobin, chlorophil, karotenoid,
flavonoid dan caramel. Sumber dari pewarna makanan alami adalah dari alam
kemudian warna tersebut diperoleh salah satunya dengan cara ekstraksi dari
tanaman, dan bagian-bagian tanaman tersebut seperti daun, akar, batang, bunga,
kulit, biji, getah, dan buah. Pewarna alami aman dikomsumsi tetapi kelemahannya
warnanya sering tidak stabil dan kurang pekat. Berikut adalah
beberapa contoh produk pangan yang mengandung pewarna alami:
1.
Minyak goreng FILMA
Pada
produk minyak goreng FILMA ini mengandung pewarna makanan alami yaitu
beta-karoten. β-Karoten adalah pigmen
berwarna dominan merah-jingga yang ditemukan secara alami pada tumbuhan dan buah-buahan.
Beta karoten merupakan senyawa
organik, secara kimiawi diklasifikasikan sebagai hidrokarbon
(karotenoid hidrokarbon C40H56)
dan secara spesifik diklasifikasikan sebagai terpenoid
(isoprenoid), sehingga ia merupakan turunan unit isoprena
dan memiliki rantai karbon berjumlah 40. Beta karoten disintesis oleh tumbuhan
dari geranilgeranil
pirofosfat. Ketika diaplikasikan sebagai pewarna makanan, beta
karoten memiliki bilangan
E160. Di alam, beta karoten adalah bentuk awal dari Vitamin
A
melalui enzim beta-carotene
15,15'-monooxygenase. Vitamin A tidak
ditemukan pada makanan nabati, namun demikian tumbuhan mampu membentuk atau
mensintesa senyawa karotenoid, yang merupakan prekursor vitamin A. Prekursor
vitamin A ini merupakan pigmen warna kuning hingga merah yang dapat ditemukan
pada daun atau buah dan sayuran (Mumpuni, 2006).
Isolasi beta karoten di dalam buah-buahan umumnya menggunakan metode kromatografi
kolom. Pemisahan beta karoten dari campuran dengan senyawa karotenoid lainnya
berdasarkan polaritasnya. Karena beta karoten bersifat non-polar sehingga
dipisahkan dengan pelarut non-polar seperti heksana.
Penyerapan beta karoten oleh tubuh meningkat dengan meningkatnya asupan lemak,
karena karoten larut oleh lemak. Biasanya
beta karoten ini di gunakan untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak
seperti margarin dan minyak goreng (Mumpuni, 2006).
Menurut Association of Vitamin
Chemistry, London dalam Method of Vitamin
Assay, secara umum karotenoid mempunyai sifat fisik dan kimia yaitu
larut lemak, larut dalam kloroform, pewarna, karbon disulfida, petroleum eter,
sukar larut dalam alkohol, sensitif terhadap oksidasi, auto oksidasi, stabil
terhadap panas di dalam udara bebas oksigen kecuali untuk beberapa
perubahan stereo isometrik dan punya spektrum serapan yang spesifik. Pada beta
karoten adanya struktur ikatan rangkap pada
molekul beta karoten (11 ikatan rangkap pada 1 molekul beta karoten)
menyebabkan bahan ini mudah teroksidasi ketika terkena udara. Pengaruh suhu terhadap oksidasi pada
karotenoid yaitu bahwa karotenoid belum mengalami kerusakan karena
pemanasan pada suhu 600C, sedangkan dalam literatur lain menyebutkan
bahwa reaksi oksidasi karotenoid berjalan lebih cepat pada suhu yang
relatif tinggi terutama jika terdapat prooksidan. Struktur molekul dari beta
karoten adalah
Beberapa macam kerusakan karotenoid
yang mungkin terjadi antara lain
·
Kerusakan
pada suhu tinggi
karotenoid akan mengalami kerusakan pada suhu tinggi yaitu
melalui degradasi thermal sehingga terjadi dekomposisi karotenoid yang
mengakibatkan turunnya intensitas warna karoten atau terjadi pemucatan warna.
Hal ini terjadi dalam kondisi oksidatif.
·
Oksidasi
oksidasi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu oksidasi
enzimatis dan oksidasi non enzimatis. Oksidasi enzimatis dikatalis oleh enzim
lipoksigenase. Hasil proses oksidasi ini berupa hidroksi beta karoten,
semi karoten, beta karotenon, aldehid, dan hidroksi beta neokaroten yang menyebabkan
penyimpangan citarasa.
·
Isomerisasi
Bentuk
All trans memberikan warna kuat. Makin banyak ikatan cis,
warna makin terang. Rantai poliene pada karoten bertanggung jawab akan
ketidakstabilan karoten seperti kepekaannya terhadap oksidasi oleh oksigen dan peroksida,
penambahan elektrofil (H+ dan asam Lewis), isomerisasi E atau Z
oleh panas, cahaya dan bahan kimia.
Khusus
pada kerusakan beta karoten selama pengolahan dapat dinyatakan salah satunya
dengan persentase aktivitas provitamin A. Senyawa beta karoten dalam bentuk
isomer trans mempunyai aktivitas provitamin A sebesar 100 persen. Kehilangan
aktivitas provitamin A dapat terjadi selama sterilisasi anaerob dan
bervariasi dari 5 sampai 50 persen tergantung pada suhu, waktu dan bentuk
karotenoi. Karakteristik lain dari karotenoid adalah fenomena cis-trans. Secara
teoritik, masing–masing ikatan rangkap dalam beta karoten dapat membentuk 2
macam konfigurasi. Kurva absorpsi spektra dari karotenoid yang mengalami
isomerisasi dari bentuk trans ke cis, menggambarkan puncak trans isomer pada
Spektrum absorbsi 3 macam stereoisomer beta karoten, trans beta karoten T, neo
beta karoten U, neo beta karoten B. Lebih lanjutnya, pemanfaatan antioksidan
pangan akan mampu meningkatkan stabilitas beta karoten maupun karotenoid. Karotenoid
yang digunakan sebagai bahan pewarna makanan biasanya distabilkan dengan
tokoferol dan asam askorbat serta penambahan pati jagung dan sulfit mampu
memperlambat penurunan maupun rusaknya alpha, beta karoten dan total karoten
pada wortel kering selama penyimpanan.
Buavita
Guava
Produk ini merupakan produk jus
dalam kemasan yang ber-merk “BUAVITA GUAVA”. Pada produk jus jambu biji atau
guava dalam kemasan ini ditemukan pewarna alami yaitu karmin. Dalam
literatur menyebutkan bahwa karmin diperoleh dengan cara
mengekstraksi asam karminat, kemudian dilapisi dengan aluminium. Asam karminat sendiri terdapat pada serangga Chochineal. Pewarna
dari serangga disebut juga Cochineal extract. Hal ini dikarenakan warna
tersebut diekstrak dari serangga Cochineal (Dactylopuis coccus costa)
betina yang dikeringkan, hewan ini hidup di sejenis kaktus di
kepulauan Canary dan Amerika Selatan. Terdapat dua bentuk pewarna cochineal, yaitu Ochineal
extract (E120 (ii)) dan Carmine (E120(i)). Cochineal extract terbuat dari bahan
serangga yang dikeringkan dan dihaluskan dengan kandungan asam karminat 20%. Sedangkan,
karmin merupakan bentuk pewarna cochineal lebih murni (lake asam
karminat). Karmin diperoleh dengan cara mengekstraksi asam karminat, kemudian
dilapisi dengan aluminium. Karmin digunakan untuk melapisi bahan protein yang
diproses dengan menggunakan retort dan memberikan lapisan merah jambu. Asam
karminat dan karmin stabil terhadap sinar tetapi tidak stabil terhadap panas,
pH dan iradiasi. Warna larutan asam karminat dipengaruhi oleh nilai pH. Pada pH
rendah (kondisi asam) memberikan warna jingga sementara itu pada pH tinggi
(kondisi basa) memberikan warna violet. Karmin juga disebut Crimson Lake,
cochineal, Merah Natural 4, CI 75470, atau E120. Biasa digunakan untuk melapisi
bahan berprotein, berwarna merah. Struktur molekul karmin yaitu
Futami
17 Green Tea
Futami 17 Green Tea ini merupakan
produk minuman teh dengan tambahan madu dan melon. Pada produk ini dijumpai
pewarna alami makanan yaitu karamel. Pewarna karamel
adalah cairan gelap tanpa gula, yang terkonsentrasi dan merupakan hasil
mendekati karamelisasi total yang digunakan untuk kebutuhan komersial dan
industrial. Beberapa produk seperti minuman kola
mengunakaan pewarna karamel, dan juga sebagai pewarna
makanan. Karamel terbentuk dengan memanaskan gula pada suhu
170°C.
Ketika gula meleleh dan mendekati suhu tertinggiya, molekulnya memecah dan
membentuk menjadi cairan lengket berwarna cokelat. Karamel sendiri berbentuk
amorf yang berwarna coklat gelap dan dapat diperoleh dari hidrolisa pati,
dekstrosa, gula inverb, laktosa, syrup malt, dan glukosa. Warna karamel umumnya
dibuat secara batch dalam reaktor stainless steel dilengkapi dengan agitator,
pemanasan dan pendinginan kumparan atau jaket ukuran mengandung sampai beberapa
ribu galon gula cair. Beberapa jenis warna karamel yang terbaik yang dibuat di
ceret terbuka atau atmosfer sementara jenis lain memerlukan reaktor tekanan
tertutup, mampu hingga 70 psi tekanan gauge dengan suhu sampai 320°F. Komposisi
karamel sangat kompleks dan sukar didefinisakan. Bila diencerkan karamel
mebentuk koloid yang bermuatan listrik. Karena sifat tersebut pemakaian karamel
harus memperhatikan pH bahan. Di bawah pH 2.0 (titik isolistrik karamel),
karamel bermuatan positif dan akan mengendap. Untuk mencegah terjadi
pengendapan, maka harus diusahakan pH di atas titik isolistrik. Penggunaan
karamel biasanya dicampur dengan zat pewarna buatan (Azo dye), dengan
perbandingan yang harus dijaga agar tidak terjadi kekeruhan. Karamel membantu
mempertajam warna dan menghasilkan warna yang lebih baik.
Karamel ini terdapat tiga jenis
yakni pertama
karamel tahan asam yang digunakan untuk mewarnai minuman yang mengandung CO2 dan
bersifat asam, karamel ini berbentuk cairan. Kedua karamel untuk roti yang juga
berbentuk cairan, merupakan kelas yang lebih rendah dan digunakan untuk produk
seperti biskuit, cake dan roti. Ketiga karamel kering yang digunakan untuk campuran dm bentuk kering
atau untuk produk cair dalam jumlah banyak. Struktur karamel ini adalah
Sebelum
warna karamel dipasarkan, evaluasi yang lengkap harus dilakuka. Pengujian
berikut ini dibuat oleh produsen untuk mengukur warna karamel dan karakteristik
penting lainnya:
·
Warna Pengukuran
Metode awal
umumnya visual, misalnya Klett Colorimeter dan Lovibond Tintometer. Meskipun
sangat berguna, teknik perbandingan visual kini umumnya telah digantikan oleh
spektrofotometer yang dengan tepat menghasilkan hasil yang direproduksi. Nilai
dinyatakan sebagai absorbansi atau dalam beberapa kasus transmisi persen.
Definisi FCC Warna Intensitas didefinisikan sebagai absorbansi warna karamel 1
gram per liter pengenceran (menggunakan air suling), pada spektrofotometer
kualitas pada panjang gelombang 610 nanometer melalui sel persegi 1 cm.
·
Berat
Spesifik
gravitasi diperoleh dengan hydrometer atau densitometer dan berat per galon
dapat ditentukan dengan mengalikan angka ini dengan 8,328, berat satu galon AS
air.
·
Persen Padat
Ini dapat
diperkirakan dari tabel gula yang berhubungan gravitasi spesifik untuk padatan
persen atau lebih tepatnya ditentukan oleh prosedur AOAC klasik atau
densitometer.
·
pH
Ini biasanya
ditentukan dengan elektroda kaca komersial dan pH meter. PH warna karamel untuk
minuman ringan akan berkisar 2,5-3,5. Warna karamel cair untuk keperluan lain
mungkin memiliki nilai pH hingga 5.0. Beberapa warna karamel bubuk mungkin
memiliki pH setinggi 8,0.
·
Viskositas: Umumnya, produsen warna
karamel mencoba untuk membuat produk untuk minuman ringan dengan serendah
viskositas mungkin dengan tetap menjaga berat jenis yang diinginkan. Sebuah
warna karamel minuman yang sudah diolah secara tidak benar akan menunjukkan ini
dalam viskositas abnormal tinggi. Pengukuran dilakukan dengan cara viskometer
pada 20°C dan dinyatakan dalam centipoises.
·
Haze
Titik kabut
merupakan indikasi perlawanan dari warna karamel ke dalam larutan asam fosfat
pekat. Salah satu bagian dari asam ditambahkan ke dua bagian warna karamel dan
campuran dipanaskan dalam bak air mendidih. Penurunan diambil setiap lima
menit, ditempatkan dalam tabung air suling dan larutan diamati untuk kejelasan.
Waktu di mana drop membuat solusi keruh dicatat sebagai titik kabut.
·
Gel
Titik gel
merupakan perpanjangan dari kabut, dan merupakan waktu di mana campuran
asam-karamel tidak lagi cairan.
·
Resinification
Warna karamel
adalah suatu pertimbangan penting bagi pembeli dan uji resinification
memberikan indikasi daya tahan warna terhadap kurun waktu. Jumlah waktu yang
dibutuhkan sampel untuk mencapai titik di mana ia tidak akan mengalir adalah
nilai resinification. Setiap 20 jam nilai resinification kira-kira setara
dengan satu tahun penyimpanan di bawah kondisi normal.
·
Isoelektrik Point
Titik
isoelektrik adalah pH dimana muatan koloid netral dan dibentuk oleh bahan-bahan
dan proses warna karamel. Sebuah warna karamel bermuatan negatif memiliki pH
lebih tinggi dari titik isoelektrik nya. Metode yang digunakan untuk menentukan
titik netral ini didasarkan pada daya tarik saling partikel dengan muatan yang
berlawanan. Prosedur yang digunakan umumnya mempekerjakan solusi dengan biaya
koloid dikenal untuk mendeteksi pH di mana muatan karamel partikel warna
perubahan. Karena minuman ringan berkonsentrasi membutuhkan warna karamel
bermuatan negatif, titik isoelektrik pH 1,5 atau lebih rendah dianjurkan.
Curcuma Plus Emulsion
Curcuma plus
adalah
sebuah produk berupa suplemen vitamain yang ditujukan untuk anak-anak dan dapat
berguna untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan juga kebutuhan mineral
pada masa pertumbuhan anak. Pada Curcuma plus ini mengandung pewarna
kuning alami yaitu kurkumin. Kurkumin merupakan zat
warna alami yang diperoleh dari tanaman kunyit (Zingeberaceae) yang
menghasilkan warna kuning. Kurkumin banyak ditemukan pada kunir adalah senyawa
aktif berupa polifenol dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer :
keton dan enol. Struktur keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan
struktur enol ditemukan dalam bentuk cairan.
Pada
kurkumin terdapat gugusan OH fenolik yang menggambarkan bahwa kurkumin memiliki
sifat yang asam dengan nila pKa sebesar 7,8 sampai 9. Apabila struktur yang
bersifat asam berada dalam lingkungan asam maka struktur itu akan berada dalam
bentuk aslinya, sedangkan apabila berada dalam lingkungan basa maka akan
terjadi reaksi asam-basa membentuk suatu garam. Pada pH asam kurkumin berwarna kuning
hingga kuning jingga sedangkan dalam pH basa berwarna merah. Perubahan warna
ini dapat terjadi karena adanya sistem tautomeri pada molekulnya. Untuk
mendapatkan stabilitas yang optimum dari sediaan kurkumin maka pH nya
dipertahankan kurang dari 7. Pada pH lebih dari 7 kurkumin sangat tidak stabil
dan mudah mengalami disosiasi.
Struktur kurkumin dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian A dan C merupaka gugus aromatis dan B adalah ikatan dien-dion. Hubungan struktur dan aktivitas
kurkumin terkait dengan gugus-gugus fungsional senyawa tersebut, yaitu sebagai
berikut:
·
Gugus hidroksi
pada cincin aromatik menunjukkan aktivitas antioksidan pada senyawa kurkumin
·
Gugus keton dan
ikatan rangkap berperan dalam aktivitas biologis sebagai antiinflamasi,
antikanker dan antimutagenik
·
Dua cincin
aromatis simetris ataupun tidak simetris menentukan potensi ikatan antara
senyawa obat dengan reseptor .
Tim riset hasil kolaborasi beberapa universitas dan badan riset di Korea
Selatan, membuktikan secara in vitro dengan analisa SPR (Surface Plasmon
Resonance) maupun in vivo dengan analisa APN-specific antibody
competition, bahwa salah satu senyawa aktif yang terkandung di kunyit
ternyata mampu menahan laju pertumbuhan kanker.
Sifat kimia kurkumin antara lain titik leleh 183oC, massa molarnya
368.38 gram per mol, tidak larut dalam air dan eter tapi larut dalam alkohol,
pada susana basa berwarna merah kecoklatan sedangkapan pada suasana asam
berwarna kuning terang. Sifat fisiknya berbentuk serbuk dan warnanya tergantung
pH. Struktur molekul dari kurkumin adalah
Dari
beberapa contoh produk yang menggunakan pewarna makanan alami dapat diketahui
bahwa warna pada suatu produk bukan hanya berfungsi dalam segi estetika tetapi
kaya akan manfaat bagi tubuh apabila dikonsumsi. Setiap zat pewarna juga
memiliki sifat masing-masing sehingga perlu pengetahuan dalam mengolahnya
supaya zat pewarna tersebut dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan produk
yang baik pula.
Komentar